HUBUNGAN ANTARKLAUSA
Sebuah kalimat
dapat mengandung satu klausa atau lebih. Kalimat yang mengandung dua klausa
atau lebih kita kenal dengan istilah kalimat majemuk, baik kalimat majemuk
setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Hubungan antarklausa dalam kalimat
majemuk dapat ditandai dengan kehadiran konjunkor (kata hubung) pada awal salah
satu klausa tersebut. Perhatikan contoh kalimat-kalimat di bawah ini.
(1) Pardi tinggal di daerah kumuh dan
kakaknya tidak bisa membantunya.
(2) Walaupun kedua pahlawan proklamator
itu kadang-kadang berselisih pendapat sejak masa pergerakan nasional, keduanya
tetap bersatu dalam mencapai kemerdekaan Indonesia.
(3) Saya tak dapat bertahan dengan
keadaan itu sebab semuanya itu terasa begitu menyiksa.
(4) Pembangunan akan berjalan dengan
lancar jika segenap lapisan masyarakat turut aktif mengambil bagian.
(5) Dia menyarankan kepada kami supaya
kami menunggu.
(6) Tamu tadi tidak menyebutkan di
mana dia tinggal.
(7) Panglima Angkatan Bersenjata
mengatakan bahwa mereka yang mengganggu keamanan akan ditindak dengan
tegas.
Pada kalimat (1), klausa Pardi tinggal di daerah kumuh dihubungkan
dengan klausa kakaknya tidak bisa membantunya dengan menggunakan
konjungtor dan. Pada kalimat (2), (3), (4), (5), (6), dan (7) hubungan
antarklausa masing-masing ditandai oleh walaupun, sebab, jika, supaya, di
mana, dan bahwa.
Hubungan
antarklausa dapat juga kita lihat dengan adanya pelesapan bagian dari kalusa,
khususnya subjek. Perhatikan contoh yang berikut.
(8) Engkau harus menjadi orang pintar,
harus tetap beribadat supaya mendapat rezeki yang bersih dan halal.
(9)
Mereka duduk, memperhatikan orang
yang lalu lalang di muka rumahnya.
(10) Para
anggota kelompok tani duduk dengan tenang di bawah pohon, berusaha mengikuti penjelasan penyuluh pertanian tersebut.
(11) Kami
akan naik haji sesudah nikah.
Kalimat (8) terdiri atas tiga klausa, yaitu (i) Engkau harus
menjadi orang pintar, (ii) (engkau) harus tetap beribadat, dan (iii)
(engkau)mendapat rezeki yang bersih dan halal. Subjek ketiga klausa itu
sama, yaitu engkau. Klausa pertama dan kedua (bersama klausa ketiga)
dipisahkan dengan tanda koma. Klausa kedua dan ketiga dihubungkan oleh
konjungtor supaya.
Dalam klaimat
(9) subjek kedua klausa itu adalah mereka, sedangkan dalam kalimat (10)
subjeknya adalah para anggota kelompok tani itu. Pada kalimat (11)
subjek kami juga dihilangkan setelah kata sesudah karena subjek
klausa itu sama dengan subjek klausa utamanya. Perlu diperhatikan bahwa dalam
ujaran atau bahasa lisan, pembicara umumnya menandai batas kedua klausa itu
dengan jeda di antaranya.
HUBUNGAN KOORDINASI DAN SUBORDINASI
Kalimat majemuk
setara maupunkalimat mejemuk bertingkat mempunyai dua klausa atau lebih yang
saling berhubungan. Ada dua cara untuk menghubungkan klausa dalam sebuah
kalimat majemuk, yaitu dengan koordinasi dan subordinasi.
a.
Hubungan
Koordinasi
Koordinasi menggabungkan
dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam
struktur konstituen kalimat. Hasilnya adalah satuan yang sama kedudukannya.
Hubungan antara klausa-klausanya tidak menyangkut satuan yang membentuk
hierarki karena klausa yang satu bukanlah konstituen dari klausa yang lain.
Secara diagramatik hubungan ini dapat dilihat dalam bagan berikut yang
memperlihatkan bahwa konjungtor tidak termasuk dalam kalusa mana pun, tetapi
merupakan konstituen tersendiri.
Untuk memperjelas bagan di atas, perhatikanlah contoh yang berikut
ini.
(1) Pengurus
Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan.
(2) Mereka
memberi penghuninya hadiah
(3) Pengurus
Dharma wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi penghuninya
hadiah.
Klausa (1) dan (2) digabungkan dengan cara koordinasi sehingga
terbentuklah kalimat majemuk setara (3). Oleh karena klausa-klausa dalam
kalimat majemuk yang disusun dengan cara koordinasi mempunyai kedudukan setara
atau sama, maka klausa-klausa itu semuanya merupakan klausa utama.
Sesuai dengan
bagan di atas, pembentukan klaimat (3) dapat dijelaskan dalam bagan sebagai
berikut.
Pada bagan di atas dapa dilihat bahwa kedua klausa utamanya setara.
Klausa yang satu bukan merupakan bagian dari klausa yang lainnya: kedua-duanya
mempunyai kedudukan yang sama dan dihubungkan oleh konjungtor dan.
Selain dan, ada beberapa konjungtor lain untuk menyusun hubungan
koordinasi, yaitu atau, tetapi, serta, lalu, kemudian, lagipula, hanya,
padahal, sedangkan, baik ... maupun ..., tidak ... tetapi ..., dan bukan(nya)
... melainkan .... Perhatikan beberapa contoh berikut ini.
(1)
Anda datang ke rumah saya atau saya
datang ke rumah Anda.
(2)
Ia segera masuk ke kamar lalu berganti
pakaian.
(3)
Polisi telah memberi tembakan
peringatan tetapi penjahat itu tetap tidak mau menyerah.
(4)
Orang tua gadis itu sedih sekali serta
kecewa terhadap kelakuan anaknya.
(5)
Saya memberitahukan hal itu kepada
anak-anak kemudian segera kembali ke kantor.
(6)
Koperasi karyawan itu tidak dikelola
secara profesional, lagipula modalnya sangat kecil.
(7)
Dia bukannya sakit, melainkan
malas saja.
(8)
Mereka tidak marah, hanya kecewa
terhadap perlakuannya.
(9)
Dia di kawasan industri, hanya saja
dia tidak bekerja di sana.
(10)
Siti masih sering pulang malam, atau
malah pagi buta.
Konjungtor di atas bersifat koordinatif dan, karenanya, berfungsi
sebagai koordinator.
a.
Hubungan
Subordinasi
Subordinasi menggabungkan
dua klausa atau lebih sehingga terbukti klaimat mejemuk yang salah satu
klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Jadi klausa-klausa dalam
kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinasi itu tidak mempunyai
kedudukan yang setara. Dengan kata lain, dalam kalimat majemuk yang disusun melalui
cara yang subordinatif terdapat klausa yang berfungsi sebagai konstituen klausa
yang lain. Hubungan antara klausa-klausa itu bersifat hierarkis. Oleh karena
itu, kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinatif itu disebut kalimat
majemuk bertingkat. Perhatikan penggabungan klausa dengan cara subordinatif
berikut ini.
(1)
Orang tua itu mengatakan (sesuatu).
(2)
Anak gadisnya mencintai pemuda itu
sepenuh hati.
(3)
Orang tua itu mengatakan bahwa anak
gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati.
Klausa (1) dan (2) digabungkan dengan cara subordinatif sehingga
terbentuk kalimat majemuk bertingkat (3).
Hubungan subordinasi dapat digambarkan sebagai berikut.
Dalam bagan di
atas dapat dilihat bahwa Klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen Klausa 1.
Klausa 2 yang berkedudukan sebagai konstituen Klausa 1 disebut klausa subordinatif,
sedangkan Klausa 1, tempat dilekatkannya Klausa 2, disebut klausa utama.
Sesuai dengan
bagan di atas, pembentukan kalimat majemuk bertingkat (3) dapat disajikan dalam
bagan berikut.
Pada bagan itu
dapat dilihat bahwa klausa utama orang tua itu mengatakan digabungklan
dengan klausa subordinatif anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati dengan
menggunakan konjungtor bahwa. Dalam struktur kalimat (3) klausa
subordinatif menduduki posisi objek (O). Dengan kata lain, klausa subordinatif
itu merupakan klausa nominal karena menduduki fungsi yang biasa diduduki
oleh nomina. Selain konjungtor bahwa, klausa nominal yang
disubordinasikan dapat pula ditandai oleh konjungtor berupa kata tanya seperti apakah
(atau tidak).
(a) Saya
dengar bahwa dia akan berangkat besok.
(b) Saya
tidak yakin apakah dia akan datang (atau tidak).
(c) Saya
tahu di mana anak itu tinggal.
Klausa
subordinatif dapat pula berupa klausa adverbial dalam arti klausa itu
berfungsi sebagai keterangan. Konjuntor yang digunakan untuk menggabungkan
klausa adverbial dengan klausa utama dapat dikelompokkan berdasarkan jenis
klausa adverbial sebagai berikut.
a. Konjungtor
Waktu: setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala,
sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai
b. Konjungtor
Syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala
c. Konjungtor
Pengandaian: andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya
d. Konjuntor
Tujuan: agar, supaya, biar
e. Konjungtor
Konsesif: biarpun, meski(pun), sungguhpun, sekalipun, walau(pun),
kendati(pun)
f. Konjungtor
Pembandingan atau Kemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti,
sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, ibarat
g. Konjungtor
Sebab atau Alasan: sebab, karena, oleh karena
h. Konjungtor
Hasil atau Akibat: sehingga, sampai(-sampai)
i. Konjungtor
Cara: dengan, tanpa
j. Konjungtor
Alat: dengan, tanpa
Perhatikan
contoh berikut.
(a) Parttisipasi
masyarakat terhadap program keluarga berencana meningkat sesudah mereka
menyadari manfaat keluarga kecil.
(b) Jika masyarakat menyadari pentingnya program keluarga berencana, mereka
pasti mau berpartisipasi dalam menyukseskan program tersebut.
(c) Andaikan saya memperoleh kesempatan, saya akan mengerjakan pekerjaan itu
sebaik-baiknya.
(d) Anda
harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dengan baik.
(e) Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajarnya tidak pernah padam.
(f) Saya
memahami keadaan dirinya sebagaimana ia memahami keadaan diriku.
(g) Proyek
perbaikan kampung kumuh itu berhasil karena mendapat dukungan dari
masyarakat.
(h) Ledakan
bom mobil itu demikian hebatnya sehingga meruntuhkan atap gedung-gedung
di sekitar kejadian.
(i) Pertani
berusaha meningkatkan hasil panenya dengan menggunakan bibit unggul,
pemupukan, irigasi, pemberantasan hama, dan penerapan teknologi pascapanen yang
tepat.
Kalimat (a) yang mengandung klausa adverbial yang menyatakan waktu
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kalimat majemuk
bertingkat dapat pula disusun dengan memperluas salah satu fungsi sintaksisnya
(fungsi S, P, O, dan Ket) dengan klausa. Perluasan itu dilakukan dengan
menggunakan yang. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
(a) Paman
saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin.
(b) Paman
saya guru, yang mengajar di beberapa sekolah.
(c) Saya
membaca buku yang mengisahkan perjuangan Pengeran Dipenegoro.
(d) Pemerintah
membangun jalan raya di daerah transmigrasi yang menampung transmigran
dari Jawa dan Bali.
Dalam kalimat
(a) fungsi S (Paman saya) diperluas dengan klausa yang tinggal di
Bogor. Dalam kalimat (b) fungsi P (guru), yang merupakan predikat
dalam kalimat nominal, diperluas dengan klausa yang mengajar di beberapa
sekolah. Dalam kalimat (c) fungsi O (buku) diperluas dengan klausa yang
mengisahkan perjuangan Pangeran Dipenogoro. Dalam kalimat (d) fungsi Ket (di
daerah transmigrasi) diperluas dengan klausa yang menampung transmigran
dari Jawa dan Bali. Klausa perluasan dengan yang yang disematkan
dalam klausa utama disebut klausa relatif dan berfungsi sebagai
keterangan bagi fungsi sintaksis tertentu.
Kalimat majemuk
bertingkat pula terbentuk bila dua proposisi di perbandingkan, satu dinyatakan
pada klausa utama dan satunya lagi pada klausa subordinatif. Klausa subordinatif
ini disebut klausa perbandingan. Klausa perbandingan biasanya dibentuk
dengan menggunakan bentuk lebih atau kurang bersama-sama dengan
konjungtor dari(pada), dan sama ... dengan. Perhatikan contoh
berikut.
(a) Dia
bekerja lebih lama daripada istrinya (bekerja).
(b) Saya
berbicara kurang fasih dalam bahasa daerah daripada (saya
berbicara (fasih)) dalam bahasa Indonesia.
(c) Kapitalisme
sama berbahayanya dengan komunisme (berbahaya).
Perlu dicatat bahwa predikat bekerja dan keterangan lama pada kalimat
(a) pada klausa subordinatif wajib dilesapkan.
Video Pembelajaran Kalimat Majemuk:
Video Pembelajaran Kalimat Majemuk:
(Sumber: Hasan
Alwi: Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 1988)
0 komentar:
Posting Komentar