Jumat, 24 Maret 2017

Hubungan Antarklausa (Kalimat Majemuk)

HUBUNGAN ANTARKLAUSA

Sebuah kalimat dapat mengandung satu klausa atau lebih. Kalimat yang mengandung dua klausa atau lebih kita kenal dengan istilah kalimat majemuk, baik kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk dapat ditandai dengan kehadiran konjunkor (kata hubung) pada awal salah satu klausa tersebut. Perhatikan contoh kalimat-kalimat di bawah ini.

(1)   Pardi tinggal di daerah kumuh dan kakaknya tidak bisa membantunya.
(2)  Walaupun kedua pahlawan proklamator itu kadang-kadang berselisih pendapat sejak masa pergerakan nasional, keduanya tetap bersatu dalam mencapai kemerdekaan Indonesia.
(3)       Saya tak dapat bertahan dengan keadaan itu sebab semuanya itu terasa begitu menyiksa.
(4)  Pembangunan akan berjalan dengan lancar jika segenap lapisan masyarakat turut aktif mengambil bagian.
(5)       Dia menyarankan kepada kami supaya kami menunggu.
(6)       Tamu tadi tidak menyebutkan di mana dia tinggal.
(7)   Panglima Angkatan Bersenjata mengatakan bahwa mereka yang mengganggu keamanan  akan ditindak dengan tegas.

Pada kalimat (1), klausa Pardi tinggal di daerah kumuh dihubungkan dengan klausa kakaknya tidak bisa membantunya dengan menggunakan konjungtor dan. Pada kalimat (2), (3), (4), (5), (6), dan (7) hubungan antarklausa masing-masing ditandai oleh walaupun, sebab, jika, supaya, di mana, dan bahwa.
Hubungan antarklausa dapat juga kita lihat dengan adanya pelesapan bagian dari kalusa, khususnya subjek. Perhatikan contoh yang berikut.

(8)     Engkau harus menjadi orang pintar, harus tetap beribadat supaya mendapat rezeki yang     bersih dan halal.
(9)        Mereka duduk, memperhatikan orang yang lalu lalang di muka rumahnya.
(10)  Para anggota kelompok tani duduk dengan tenang di bawah pohon, berusaha mengikuti    penjelasan penyuluh pertanian tersebut.
(11)     Kami akan naik haji sesudah nikah.

Kalimat (8) terdiri atas tiga klausa, yaitu (i) Engkau harus menjadi orang pintar, (ii) (engkau) harus tetap beribadat, dan (iii) (engkau)mendapat rezeki yang bersih dan halal. Subjek ketiga klausa itu sama, yaitu engkau. Klausa pertama dan kedua (bersama klausa ketiga) dipisahkan dengan tanda koma. Klausa kedua dan ketiga dihubungkan oleh konjungtor supaya.
Dalam klaimat (9) subjek kedua klausa itu adalah mereka, sedangkan dalam kalimat (10) subjeknya adalah para anggota kelompok tani itu. Pada kalimat (11) subjek kami juga dihilangkan setelah kata sesudah karena subjek klausa itu sama dengan subjek klausa utamanya. Perlu diperhatikan bahwa dalam ujaran atau bahasa lisan, pembicara umumnya menandai batas kedua klausa itu dengan jeda di antaranya.


HUBUNGAN KOORDINASI DAN SUBORDINASI

Kalimat majemuk setara maupunkalimat mejemuk bertingkat mempunyai dua klausa atau lebih yang saling berhubungan. Ada dua cara untuk menghubungkan klausa dalam sebuah kalimat majemuk, yaitu dengan koordinasi dan subordinasi.

a.        Hubungan Koordinasi

Koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat. Hasilnya adalah satuan yang sama kedudukannya. Hubungan antara klausa-klausanya tidak menyangkut satuan yang membentuk hierarki karena klausa yang satu bukanlah konstituen dari klausa yang lain. Secara diagramatik hubungan ini dapat dilihat dalam bagan berikut yang memperlihatkan bahwa konjungtor tidak termasuk dalam kalusa mana pun, tetapi merupakan konstituen tersendiri.


Untuk memperjelas bagan di atas, perhatikanlah contoh yang berikut ini.

(1)   Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan.
(2)   Mereka memberi penghuninya hadiah
(3)  Pengurus Dharma wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi penghuninya hadiah.

Klausa (1) dan (2) digabungkan dengan cara koordinasi sehingga terbentuklah kalimat majemuk setara (3). Oleh karena klausa-klausa dalam kalimat majemuk yang disusun dengan cara koordinasi mempunyai kedudukan setara atau sama, maka klausa-klausa itu semuanya merupakan klausa utama.
            Sesuai dengan bagan di atas, pembentukan klaimat (3) dapat dijelaskan dalam bagan sebagai berikut.


Pada bagan di atas dapa dilihat bahwa kedua klausa utamanya setara. Klausa yang satu bukan merupakan bagian dari klausa yang lainnya: kedua-duanya mempunyai kedudukan yang sama dan dihubungkan oleh konjungtor dan. Selain dan, ada beberapa konjungtor lain untuk menyusun hubungan koordinasi, yaitu atau, tetapi, serta, lalu, kemudian, lagipula, hanya, padahal, sedangkan, baik ... maupun ..., tidak ... tetapi ..., dan bukan(nya) ... melainkan .... Perhatikan beberapa contoh berikut ini.

(1)        Anda datang ke rumah saya atau saya datang ke rumah Anda.
(2)        Ia segera masuk ke kamar lalu berganti pakaian.
(3)        Polisi telah memberi tembakan peringatan tetapi penjahat itu tetap tidak mau menyerah.
(4)        Orang tua gadis itu sedih sekali serta kecewa terhadap kelakuan anaknya.
(5)        Saya memberitahukan hal itu kepada anak-anak kemudian segera kembali ke kantor.
(6)        Koperasi karyawan itu tidak dikelola secara profesional, lagipula modalnya sangat kecil.
(7)        Dia bukannya sakit, melainkan malas saja.
(8)        Mereka tidak marah, hanya kecewa terhadap perlakuannya.
(9)        Dia di kawasan industri, hanya saja dia tidak bekerja di sana.
(10)    Siti masih sering pulang malam, atau malah pagi buta.

Konjungtor di atas bersifat koordinatif dan, karenanya, berfungsi sebagai koordinator.


a.        Hubungan Subordinasi
Subordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih sehingga terbukti klaimat mejemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Jadi klausa-klausa dalam kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinasi itu tidak mempunyai kedudukan yang setara. Dengan kata lain, dalam kalimat majemuk yang disusun melalui cara yang subordinatif terdapat klausa yang berfungsi sebagai konstituen klausa yang lain. Hubungan antara klausa-klausa itu bersifat hierarkis. Oleh karena itu, kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinatif itu disebut kalimat majemuk bertingkat. Perhatikan penggabungan klausa dengan cara subordinatif berikut ini.

(1)   Orang tua itu mengatakan (sesuatu).
(2)   Anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati.
(3)   Orang tua itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati.

Klausa (1) dan (2) digabungkan dengan cara subordinatif sehingga terbentuk kalimat majemuk bertingkat (3).
Hubungan subordinasi dapat digambarkan sebagai berikut.


Dalam bagan di atas dapat dilihat bahwa Klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen Klausa 1. Klausa 2 yang berkedudukan sebagai konstituen Klausa 1 disebut klausa subordinatif, sedangkan Klausa 1, tempat dilekatkannya Klausa 2, disebut klausa utama.
Sesuai dengan bagan di atas, pembentukan kalimat majemuk bertingkat (3) dapat disajikan dalam bagan berikut.



Pada bagan itu dapat dilihat bahwa klausa utama orang tua itu mengatakan digabungklan dengan klausa subordinatif anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati dengan menggunakan konjungtor bahwa. Dalam struktur kalimat (3) klausa subordinatif menduduki posisi objek (O). Dengan kata lain, klausa subordinatif itu merupakan klausa nominal karena menduduki fungsi yang biasa diduduki oleh nomina. Selain konjungtor bahwa, klausa nominal yang disubordinasikan dapat pula ditandai oleh konjungtor berupa kata tanya seperti apakah (atau tidak).

(a)    Saya dengar bahwa dia akan berangkat besok.
(b)   Saya tidak yakin apakah dia akan datang (atau tidak).
(c)    Saya tahu di mana anak itu tinggal.

Klausa subordinatif dapat pula berupa klausa adverbial dalam arti klausa itu berfungsi sebagai keterangan. Konjuntor yang digunakan untuk menggabungkan klausa adverbial dengan klausa utama dapat dikelompokkan berdasarkan jenis klausa adverbial sebagai berikut.

a.  Konjungtor Waktu: setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai
b.    Konjungtor Syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala
c.    Konjungtor Pengandaian: andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya
d.    Konjuntor Tujuan: agar, supaya, biar
e.    Konjungtor Konsesif: biarpun, meski(pun), sungguhpun, sekalipun, walau(pun), kendati(pun)
f.  Konjungtor Pembandingan atau Kemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, ibarat
g.    Konjungtor Sebab atau Alasan: sebab, karena, oleh karena
h.    Konjungtor Hasil atau Akibat: sehingga, sampai(-sampai)
i.      Konjungtor Cara: dengan, tanpa
j.      Konjungtor Alat: dengan, tanpa
Perhatikan contoh berikut.
(a) Parttisipasi masyarakat terhadap program keluarga berencana meningkat sesudah mereka menyadari manfaat keluarga kecil.
(b) Jika masyarakat menyadari pentingnya program keluarga berencana, mereka pasti mau berpartisipasi dalam menyukseskan program tersebut.
(c)    Andaikan saya memperoleh kesempatan, saya akan mengerjakan pekerjaan itu sebaik-baiknya.
(d)   Anda harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dengan baik.
(e)    Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajarnya tidak pernah padam.
(f)    Saya memahami keadaan dirinya sebagaimana ia memahami keadaan diriku.
(g)    Proyek perbaikan kampung kumuh itu berhasil karena mendapat dukungan dari masyarakat.
(h)  Ledakan bom mobil itu demikian hebatnya sehingga meruntuhkan atap gedung-gedung di sekitar kejadian.
(i)     Pertani berusaha meningkatkan hasil panenya dengan menggunakan bibit unggul, pemupukan, irigasi, pemberantasan hama, dan penerapan teknologi pascapanen yang tepat.

Kalimat (a) yang mengandung klausa adverbial yang menyatakan waktu dapat digambarkan sebagai berikut.



Kalimat majemuk bertingkat dapat pula disusun dengan memperluas salah satu fungsi sintaksisnya (fungsi S, P, O, dan Ket) dengan klausa. Perluasan itu dilakukan dengan menggunakan yang. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.

(a)    Paman saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin.
(b)   Paman saya guru, yang mengajar di beberapa sekolah.
(c)    Saya membaca buku yang mengisahkan perjuangan Pengeran Dipenegoro.
(d)   Pemerintah membangun jalan raya di daerah transmigrasi yang menampung transmigran dari Jawa dan Bali.

Dalam kalimat (a) fungsi S (Paman saya) diperluas dengan klausa yang tinggal di Bogor. Dalam kalimat (b) fungsi P (guru), yang merupakan predikat dalam kalimat nominal, diperluas dengan klausa yang mengajar di beberapa sekolah. Dalam kalimat (c) fungsi O (buku) diperluas dengan klausa yang mengisahkan perjuangan Pangeran Dipenogoro. Dalam kalimat (d) fungsi Ket (di daerah transmigrasi) diperluas dengan klausa yang menampung transmigran dari Jawa dan Bali. Klausa perluasan dengan yang yang disematkan dalam klausa utama disebut klausa relatif dan berfungsi sebagai keterangan bagi fungsi sintaksis tertentu.
Kalimat majemuk bertingkat pula terbentuk bila dua proposisi di perbandingkan, satu dinyatakan pada klausa utama dan satunya lagi pada klausa subordinatif. Klausa subordinatif ini disebut klausa perbandingan. Klausa perbandingan biasanya dibentuk dengan menggunakan bentuk lebih atau kurang bersama-sama dengan konjungtor dari(pada), dan sama ... dengan. Perhatikan contoh berikut.

(a)   Dia bekerja lebih lama daripada istrinya (bekerja).
(b) Saya berbicara kurang fasih dalam bahasa daerah daripada (saya berbicara (fasih)) dalam bahasa Indonesia.
(c)   Kapitalisme sama berbahayanya dengan komunisme (berbahaya).

Perlu dicatat bahwa predikat bekerja  dan keterangan lama pada kalimat (a) pada klausa subordinatif wajib dilesapkan.

Video Pembelajaran Kalimat Majemuk:




(Sumber: Hasan Alwi: Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 1988)







Lokasi: Tasikmalaya, West Java, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar